“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusiadan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda . Karena itu, barangsiapa di antara kamu menyaksikan bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan, maka hendaknya mengganti sebanyak hari yang ditinggalkannya pada harihariyang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.
Dan hendaklah kamu mencukupkan
bilangannya dan hendaklah kamu membesarkan Allah ataspetunjuk-Nya yang
diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur"(QS. Al-Baqoroh: 185) 1) 2)
Kemuliaan Ramadhan
Dinamakan Ramadhan sebab
pada bulan ini dosa-dosa dan kesalahan dibakar (Romadh), keinginan hawa nafsu
dikekang, melaksanakan ketaatan dan mengharap pahala dari Allah dengan menahan
diri (shiyam) dari apa –apa yang membatalkan sejak fajar hingga terbenamnya
matahari.
Bulan Ramadhan merupakan
karunia besar bagi hamba-hamba Allah, sebab di dalamnya terdapat manfaat yang
sangat banyak. Diantara manfaatnya adalah dihapuskannya dosa-dosa antara
Ramadhan dengan Ramadhan yang lain. Dan ibadah puasa itu telah disyari’atkan
kepada manusia sejak zaman purba hingga sekarang.
Ramadhan merupakan bulan
yang paling mulia dalam perjalanan bulan-bulan dalam setahun. Karena nilai
pahala ibadah pada bulan ini dilipat gandakan oleh Allah daripada bulan yang
lain. Maka hendaknya setiap muslim menyegerakan amal dalam bulan ini,
menyempurnakan ibadahibadah, memperbaiki kekurangan-kekurangan. Misalnya dengan
bersedekah, tadarus Al-Qur’an,berdzikir, qiyamul-lail, berakhlaq baik dan
sebagainya.Di antara kemulian bulan ini juga adalah adanya malam
Lailatul-qodar, yang 1 malam nilainya lebih baik dari 1000 bulan atau lebih dari
83 tahun.
Puasa Ramadhan dengan
segala amal ibadahnya berupa tarawih, dzikir, infaq, I’tikaf, membaca al-Qur’an
dan lainnya tentu akan mampu menghantarkan manusia menjadi taqwa. Sebab
Ramadhanmerupakan bulan tarbiyah, mendidik hawa nafsu, menempa keinginan,
kepentingan, prinsip hidup,sudut pandang, agar tunduk semata-mata kepada Allah
swt.
Hikmah disyari’atkannya
puasa adalah agar manusia menjadi bertaqwa. Sebab puasa adalah merupakan
penyebab utama agar mencapai ketaqwaan. Yaitu melaksanakan perintah-perintah
Allah dan menjauhi larangan-Nya. Syari’at puasa menjadi penyebab utama meraih
taqwa karena orang yang berpuasa mampu mentaati Allah walaupun dalam masalah
yang sebenarnya dihalalkan sebelumnya, seperti makan, minum, berhubungan badan
suami-istri dan sebagainya. Dan inilah taqwa. Orang yang membiasakan mendidik
nafsunya untuk mengikuti perintah Allah, yang sebelumnya suka diumbar.
Dari sisi medis, puasa
menjadikan sempitnya pembuluh darah, sehingga godaan syetan yang berjalan
melalui alirannya menjadi buntu. Maka dengan puasa tersebut ambisi berbuat
maksiyat melemah.
Dengan puasa pula keinginan
untuk memperbanyak ketaatan semakin kuat. Misalnya orang kaya dapat merasakan
langsung bagaimana pedihnya rasa lapar sebagaimana mendera kaum fakirmiskin. Sehingga
timbullah tanggung jawab sosialnya. Dan inilah buah taqwa. Ramadhan juga bulan
jihad, dimana puasa mengajarkan jihad melawan rayuan syetan kepada kejahatan,
ajakan hawa nafsu, menanjurkan supaya sabar, dermawan, produktif, tidak
pemarah, disiplin waktu. Puasa membentuk manusia jujur kepada diri sendiri,
mampu menahan diri dari yang dilarang Allah. Memiliki tanggung jawab, adil,
memiliki kepedulian social dan sebagainya.
Kemuliaan Al-Qur’an
Tidak kalah pentingnya,
Allah memuliakan bulan ini dari seluruh bulan yang ada karena bulan ini Allah
turunkan Al-Qur’an (Syahrul-Qur’an). Allah turunkan kitab-kitab untuk para
nabi-Nya, Taurat, Injil, Zabur dan suhuf para nabi dan rosul juga pada bulan
ini.. Agungnya Ramadhan juga karena identik dengan sifat al-Qur’an yang mulia.
Yang mengandung petunjuk (hudan), menunjukkan sesuatu yang bermanfaat bagi
manusia agar diikuti, menunjukkan mana yang bahaya (mudhorrot) bagi mereka agar
dijauhi. Menunjukkan jalan-jalan kebaikan, dan menunjukkan pula jalan-jalan
kebinasaan.
SIfat Al-Qur’an juga
menjadi pemberi penjelasan (Bayan) yang gamblang, menjelaskan jalan-jalan
keselamatan dan kebahagiaan, menjelaskan jalan-jalan kesesatan. Al-Qur’an
menjadi pembeda (Al-Furqon) atas cakupan kebaikan dan keburukan. Membedakan
mana yang haq, mana yang bathil.
Mana yang halal, mana yang
haram. Mana tauhid, mana yang syirik. Mana yang sunnah, mana yangbid’ah. Mana
yang menyebabkan kebahagian dan mana yang membinasakan. Agar manusia berfikir.
Indahnya Rukhsoh
Allah yang maha rohman dan
rohim memberikan kemudahan atau keringanan (rukhsoh), yaitu bolehnya
meng-qodho’ puasa dan diganti pada hari lain sebanyak hari yang ditinggalkan
karena sebab-sebab tertentu seperti sakit keras, perjalanan jauh, hamil dan
sebagainya. Allah tidak membebani hamba-Nya diluar kemampuannya. Seperti adanya
rukhsoh menjama’ dan meng-qoshor sholat bagi musafir, sholat dengan berbaring
bagi yang tidak kuat berdiri, bolehnya bertayammum bagi orang sakit atau
kesulitan mendapati air, bolehnya memakan makanan haram dalam keadaan dhorurot
yakni nyawanya terancam jika tidak memakannya. Dan sebagainya.
Bagi orang yang tidak mampu
berpuasa dan tidak memungkinkan pula menggantinya maka boleh menggantinya
dengan fidyah. Yaitu memberi makan fakir miskin sebanyak puasa yang ditinggalkan.
Seperti kakek-nenek yang sudah tua, orang sakit yang kemungkinan tidak
diharapkan kesembuhannya, wanita hamil yang sangat dikhawatirkan kesehatan
bayinya. Dan sebagainya.
Diriwayatkan oleh imam
Bukhori dan Muslim, bahwa pada zaman rosulullah saat beliau mengadakan
perjalanan bersama para sahabatnya, sebagian mereka ada yang tetap berpuasa,
dan sebagian yang lain tidak. Namun diantara mereka tidak ada yang saling
mencela.
Hal ini menunjukkan bahwa
syari’at Allah mengandung manfaat yang sangat banyak. Sebaliknya apa yang
dilarang Allah hakikatnya mengandung kerusakan yang luar biasa bagi jiwa dan
badan. Salah satu sifat mustahil bagi Allah adalah berbuat dan berkata sia-sia.
Maka apa saja yang difirman Allah adalah bermanfaat. Dalam hal ini rosulullah
bersabda; “Maka sesungguhnya sebaik-baik ucapan adalah kalamullah (Al- Qur’an),
dan sebagus-bagus petunjuk adalah petunjuk Muhammad….” (HR. Bukhory). Namun
banyak manusia yang tidak mengerti hikmah ini.
Sesungguhnya ajaran Islam
itu adalah kemudahan. Dan barangsiapa yang menentang ajaran Islam sesungguhnya
justru mempersempit hidup. Akan tetapi kebanyakan manusia mencari rekayasa
pemuasan diri dengan hawa nafsu. Padahal hal ini sejatinya adalah kehancuran
yang nyata. Yang lebih aneh lagi, mereka menyangka ajaran Islam sebagai beban,
menjadi penghalang kemajuan dan prasangka-prasangka keji lainnya.
Hendaknya bersyukur
Maka barangsiapa yang
menyaksikan bulan Ramadhan hendaknya berpuasa, yakni bagi setiap muslim yang
baligh, sehat serta mampu. Alangkah indahnya jika nilai-nlai ini mampu
terimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari setelah Ramadhan. Apabila telah
kita laksanakan perintah-perintah Allah dengan taat kepada-Nya, menunaikan
kewajiban-kewajiban, meninggalkan apa yang dilarang, menjaga batasan-batasan-Nya,
maka mudah-mudahan kita menjadi orang yang bertaqwa.
Sebagian ulama ada yang
mengambil istimbat disyari’atkannya takbiran pada saat menjelang hari raya
dengan ayat ini. Sudah sepantasnya kita wajib bersyukur dengan adanya rangkaian
syari’at ibadah di bulan puasa ini. Yakni dengan membesarkan Allah dengan
banyak-banyak mengucapkan takbir, tahmid, tasbih menjelang hari kemenangan,
idul Fitri. Merayakan hari kemenangan dengan banyak bersilaturahim bersama
keluarga, sahabat, tetanga dan kaum muslimin di seluruh dunia. Taqobbalallohu
minna waminkum.
Maroji’:
1) Tafsir Ibnu Katsir.
2) Tafsir taysir karimir
Rohman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar