Jumat, 28 Oktober 2011

Hikmah Puasa Ramadhan


     “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusiadan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda . Karena itu, barangsiapa di antara kamu menyaksikan bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan, maka hendaknya mengganti sebanyak hari yang ditinggalkannya pada harihariyang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.
Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu membesarkan Allah ataspetunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur"(QS. Al-Baqoroh: 185) 1) 2)
Kemuliaan Ramadhan
Dinamakan Ramadhan sebab pada bulan ini dosa-dosa dan kesalahan dibakar (Romadh), keinginan hawa nafsu dikekang, melaksanakan ketaatan dan mengharap pahala dari Allah dengan menahan diri (shiyam) dari apa –apa yang membatalkan sejak fajar hingga terbenamnya matahari.
Bulan Ramadhan merupakan karunia besar bagi hamba-hamba Allah, sebab di dalamnya terdapat manfaat yang sangat banyak. Diantara manfaatnya adalah dihapuskannya dosa-dosa antara Ramadhan dengan Ramadhan yang lain. Dan ibadah puasa itu telah disyari’atkan kepada manusia sejak zaman purba hingga sekarang.
Ramadhan merupakan bulan yang paling mulia dalam perjalanan bulan-bulan dalam setahun. Karena nilai pahala ibadah pada bulan ini dilipat gandakan oleh Allah daripada bulan yang lain. Maka hendaknya setiap muslim menyegerakan amal dalam bulan ini, menyempurnakan ibadahibadah, memperbaiki kekurangan-kekurangan. Misalnya dengan bersedekah, tadarus Al-Qur’an,berdzikir, qiyamul-lail, berakhlaq baik dan sebagainya.Di antara kemulian bulan ini juga adalah adanya malam Lailatul-qodar, yang 1 malam nilainya lebih baik dari 1000 bulan atau lebih dari 83 tahun.
Puasa Ramadhan dengan segala amal ibadahnya berupa tarawih, dzikir, infaq, I’tikaf, membaca al-Qur’an dan lainnya tentu akan mampu menghantarkan manusia menjadi taqwa. Sebab Ramadhanmerupakan bulan tarbiyah, mendidik hawa nafsu, menempa keinginan, kepentingan, prinsip hidup,sudut pandang, agar tunduk semata-mata kepada Allah swt.
Hikmah disyari’atkannya puasa adalah agar manusia menjadi bertaqwa. Sebab puasa adalah merupakan penyebab utama agar mencapai ketaqwaan. Yaitu melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Syari’at puasa menjadi penyebab utama meraih taqwa karena orang yang berpuasa mampu mentaati Allah walaupun dalam masalah yang sebenarnya dihalalkan sebelumnya, seperti makan, minum, berhubungan badan suami-istri dan sebagainya. Dan inilah taqwa. Orang yang membiasakan mendidik nafsunya untuk mengikuti perintah Allah, yang sebelumnya suka diumbar.
Dari sisi medis, puasa menjadikan sempitnya pembuluh darah, sehingga godaan syetan yang berjalan melalui alirannya menjadi buntu. Maka dengan puasa tersebut ambisi berbuat maksiyat melemah.
Dengan puasa pula keinginan untuk memperbanyak ketaatan semakin kuat. Misalnya orang kaya dapat merasakan langsung bagaimana pedihnya rasa lapar sebagaimana mendera kaum fakirmiskin. Sehingga timbullah tanggung jawab sosialnya. Dan inilah buah taqwa. Ramadhan juga bulan jihad, dimana puasa mengajarkan jihad melawan rayuan syetan kepada kejahatan, ajakan hawa nafsu, menanjurkan supaya sabar, dermawan, produktif, tidak pemarah, disiplin waktu. Puasa membentuk manusia jujur kepada diri sendiri, mampu menahan diri dari yang dilarang Allah. Memiliki tanggung jawab, adil, memiliki kepedulian social dan sebagainya.
Kemuliaan Al-Qur’an
Tidak kalah pentingnya, Allah memuliakan bulan ini dari seluruh bulan yang ada karena bulan ini Allah turunkan Al-Qur’an (Syahrul-Qur’an). Allah turunkan kitab-kitab untuk para nabi-Nya, Taurat, Injil, Zabur dan suhuf para nabi dan rosul juga pada bulan ini.. Agungnya Ramadhan juga karena identik dengan sifat al-Qur’an yang mulia. Yang mengandung petunjuk (hudan), menunjukkan sesuatu yang bermanfaat bagi manusia agar diikuti, menunjukkan mana yang bahaya (mudhorrot) bagi mereka agar dijauhi. Menunjukkan jalan-jalan kebaikan, dan menunjukkan pula jalan-jalan kebinasaan.
SIfat Al-Qur’an juga menjadi pemberi penjelasan (Bayan) yang gamblang, menjelaskan jalan-jalan keselamatan dan kebahagiaan, menjelaskan jalan-jalan kesesatan. Al-Qur’an menjadi pembeda (Al-Furqon) atas cakupan kebaikan dan keburukan. Membedakan mana yang haq, mana yang bathil.
Mana yang halal, mana yang haram. Mana tauhid, mana yang syirik. Mana yang sunnah, mana yangbid’ah. Mana yang menyebabkan kebahagian dan mana yang membinasakan. Agar manusia berfikir.
Indahnya Rukhsoh
Allah yang maha rohman dan rohim memberikan kemudahan atau keringanan (rukhsoh), yaitu bolehnya meng-qodho’ puasa dan diganti pada hari lain sebanyak hari yang ditinggalkan karena sebab-sebab tertentu seperti sakit keras, perjalanan jauh, hamil dan sebagainya. Allah tidak membebani hamba-Nya diluar kemampuannya. Seperti adanya rukhsoh menjama’ dan meng-qoshor sholat bagi musafir, sholat dengan berbaring bagi yang tidak kuat berdiri, bolehnya bertayammum bagi orang sakit atau kesulitan mendapati air, bolehnya memakan makanan haram dalam keadaan dhorurot yakni nyawanya terancam jika tidak memakannya. Dan sebagainya.
Bagi orang yang tidak mampu berpuasa dan tidak memungkinkan pula menggantinya maka boleh menggantinya dengan fidyah. Yaitu memberi makan fakir miskin sebanyak puasa yang ditinggalkan. Seperti kakek-nenek yang sudah tua, orang sakit yang kemungkinan tidak diharapkan kesembuhannya, wanita hamil yang sangat dikhawatirkan kesehatan bayinya. Dan sebagainya.
Diriwayatkan oleh imam Bukhori dan Muslim, bahwa pada zaman rosulullah saat beliau mengadakan perjalanan bersama para sahabatnya, sebagian mereka ada yang tetap berpuasa, dan sebagian yang lain tidak. Namun diantara mereka tidak ada yang saling mencela.
Hal ini menunjukkan bahwa syari’at Allah mengandung manfaat yang sangat banyak. Sebaliknya apa yang dilarang Allah hakikatnya mengandung kerusakan yang luar biasa bagi jiwa dan badan. Salah satu sifat mustahil bagi Allah adalah berbuat dan berkata sia-sia. Maka apa saja yang difirman Allah adalah bermanfaat. Dalam hal ini rosulullah bersabda; “Maka sesungguhnya sebaik-baik ucapan adalah kalamullah (Al- Qur’an), dan sebagus-bagus petunjuk adalah petunjuk Muhammad….” (HR. Bukhory). Namun banyak manusia yang tidak mengerti hikmah ini.
Sesungguhnya ajaran Islam itu adalah kemudahan. Dan barangsiapa yang menentang ajaran Islam sesungguhnya justru mempersempit hidup. Akan tetapi kebanyakan manusia mencari rekayasa pemuasan diri dengan hawa nafsu. Padahal hal ini sejatinya adalah kehancuran yang nyata. Yang lebih aneh lagi, mereka menyangka ajaran Islam sebagai beban, menjadi penghalang kemajuan dan prasangka-prasangka keji lainnya.
Hendaknya bersyukur
Maka barangsiapa yang menyaksikan bulan Ramadhan hendaknya berpuasa, yakni bagi setiap muslim yang baligh, sehat serta mampu. Alangkah indahnya jika nilai-nlai ini mampu terimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari setelah Ramadhan. Apabila telah kita laksanakan perintah-perintah Allah dengan taat kepada-Nya, menunaikan kewajiban-kewajiban, meninggalkan apa yang dilarang, menjaga batasan-batasan-Nya, maka mudah-mudahan kita menjadi orang yang bertaqwa.
Sebagian ulama ada yang mengambil istimbat disyari’atkannya takbiran pada saat menjelang hari raya dengan ayat ini. Sudah sepantasnya kita wajib bersyukur dengan adanya rangkaian syari’at ibadah di bulan puasa ini. Yakni dengan membesarkan Allah dengan banyak-banyak mengucapkan takbir, tahmid, tasbih menjelang hari kemenangan, idul Fitri. Merayakan hari kemenangan dengan banyak bersilaturahim bersama keluarga, sahabat, tetanga dan kaum muslimin di seluruh dunia. Taqobbalallohu minna waminkum.
Maroji’:
1) Tafsir Ibnu Katsir.
2) Tafsir taysir karimir Rohman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar