“Ada tiga perkara yang
apabila ketiganya terdapat pada diri seseorang, ia tentu mendapatkan manisnya
iman; Allah dan rosul-Nya lebih dia cintai dari selain keduanya, mencintai
seseorang semata-mata karena Allah, dan benci kembali kepada kekufuran setelah
Allah selamatkan dia sebagaimana ia tidak suka dilempar ke dalam api "
(HR. Muslim) 1)
Manisnya Iman
Hadits ini merupakan kaidah
agung dalam Islam. Manisnya iman yakni perasaan nikmatnya hidup, indahnya hidup
yang timbul karena sebab keyakinannya dan ketaatannya kepada Allah ta’ala. Dan
dia rela menanggung derita ujian dan cobaan sesaat karena sebab keimanannya,
karena iman pasti diuji. dan ia tetap ridho Allah sebagai Robb, Muhammad
sebagai rosul, Al-Qur’an sebagai petunjuk, dengan apapun yang dihadapinya.
Karena dengan imannya, semua berujung pada hasil kebahagiaan yang hakiki. 2)
Yang akan mampu merasakan
hal tersebut hanyalah mereka yang mengutamakan keimanannya daripada apapun. Ia
utamakan cintanya kepada Allah dan rosul-Nya daripada cintanya kepada
benda-benda. Ia lebih mengutamakan seruan Allah dan Rosul-Nya dengan menunaikan
perintahperintah- Nya dan menjauhi larangan-Nya dari pada ajakan hawa nafsu.
Al-Qodhi ‘iyadh berkata;
yang mampu merasakan manisnya iman hanyalah mereka yang cinta dan taat secara
tulus kepada Allah dan rosul-Nya. Dan hanya inilah yang menjadikan jiwanya
tentram, dadanya lapang, kesulitan-kesulitannya menjadi mudah. Hanya orang yang
seperti ini saja bias merasakan lezatnya iman. 3) Sementara yang lain tidak.
Lebih mencintai Allah dan
Rosul-Nya
Lalu apa tanda seseorang
itu dicintai Allah?. Sebab setiap sesuatu itu memiliki sifat dan tanda. Sebagaimana
yang dinyatakan oleh Ibnu Mas’ud; setiap sesuatu itu memiliki ciri-ciri dan
tandatanda. Dalam hal ini syeikh al-Hakami ditanya; apa tanda seorang hamba itu
dicintai Allah ? Ia berkata; yaitu ia mencintai setiap apa yang Allah dan
rosulullah cintai, ia juga membenci apa saja yang Allah dan rosulullah benci.
4) Cinta dan bencinya telah tunduk dibawah wahyu, jauh dari cinta karena hawa
nafsu.
Al-Qodhi ‘iyadh berkata;
tanda seseorang mencintai Allah yaitu hatinya mampu untuk selalu menerima
seruan-seruan Allah, jiwanya dipenuhi ketaatan kepada-Nya. Ia mencintai
sesuaatu yang Allah cintai serta membenci apa yang Allah benci. Sebagaimana
firman Allah;
“Dan dari manusia itu ada
yang menjadikan selain Allah sebagai sekutu-sekutu yang mereka mencintainya sebagaimana
mencintai Allah. Dan orang-orang yang beriman teramat sangat cintanya kepada
Allah” (QS. Al-Baqoroh: 165) 5)
Al-Qodhi ‘iyadh berkata;
Cinta (mahabbah) adalah kecenderungan hati untuk melakukan sesuatu yang sesuai
dengan apa yang disukai oleh yang dicinta. Kecenderungan itu sendiri terasa
nikmat dan dianggap baik, misalnya yang lumrah diketahui; mencintai wajah
rupawan, bacaan qur’an yang merdu, rasa lezat makanan, kendaraan tunggangan
yang kuat dan seterusnya. 6)
Namun ada tingkatan cinta
yang lebih tinggi yakni yang lebih mengedepankan sisi dalam (inner) seperti;
rasa cinta kepada yang memiliki sifat adil, bijaksana, tanggung jawab, bisa
diandalkan, lapang dada, empati, pema’af, akhlaq yang baik, dermawan,
penyayang, pelindung dan sebagainya. Padahal semua sifat mulia ini telah ada
pada asmaul husna Allah. Juga pada diri rosulullah yang disebutkan Allah
memiliki Akhlaqul karimah 7)
Oleh karena itu rosulullah
bersabda;
“Tidaklah beriman salah
seorang di antara kalian sehingga Aku (rosulullah) lebih dicintainya melebihi
orangtuanya, anaknya dan manusia seluruhnya.” (HR. Bukhory).8)
Sebab rosulullah memiliki
derajat kesempurnaan, menunjuki manusia ke jalan petunjuk, mengajari manusia
untuk tunduk kepada yang maha Pecinta, menyucikan mereka dari perilaku buruk
kepada ketinggian adab, menerangi manusia dengan cahaya bahwa siapa saja yang
mentaatinya akan dimasukkan surga, sebaliknya siapa yang bandel dan ogah-ogahan
beriman akan dicampakkan ke dalam neraka. (Akhir keterangan Qodhi ‘iyadh) 9)
Orang yang beriman akan
merasakan manisnya iman apabila hanya Allah dan rosulullah yang paling ia
cintai. Dan mencintai Allah dan rosul-Nya mengharuskan adanya penghormatan,
ketundukan dan pengagungan. Mendahulukan firman dan sabdanya atas segala ucapan
manusia. Siapapun dia.
Dengan demikian kelak di
hari kiyamat tidak akan diterima alasan-alasan mereka yang lebih mencintai
materi bumi dari pada Allah dan rosulullah. Yang lebih mencintai rumahnya,
pabriknya, jabatannya, karirnya, sawah-ladangnya, kendaraannya. Juga ternaknya.
Memang setiap orang pasti mencintai dunia sebagai pembawaan insting. Namun
tidak semua orang mau serta mampu mencintai Allah dan rosul-Nya.
Sebagaimana Allah
berfirman;
“Dijadikan indah bagi semua
manusia cinta syahwat kepada wanita-wanita dan anak-anak dan harta perhiasan
dari emas dan perak dan kuda kendaraan dan ternak-ternak dan sawah ladang.
Itulah kesenangan hidup dunia. Dan di sisi Allah ada tempat yang lebih baik”
(QS Ali Imron: 14) 10)
Mencintai seseorang karena
Allah.
Mencintai seseorang karena
Allah adalah mencintai sesama muslim. Dan tidak pantas seorang muslim mencintai
musuh Allah. Sehingga mencintai sesama muslim berarti menjalin hubungan baik
bersama mereka dengan saling menghargai mereka, dengan menasehati, saling
memberi, memuliakan dan tidak mendholimi, tidak menyakiti, tidak merusak
kehormatannya, tidak mengusik ketentramannya, harta dan darahnya. 11)
Jika seseorang telah jelas
nampak mentaati Allah dan rosul, menjauhi dosa-dosa, tampak secara lahir selalu
berusaha menyempurnakan diri menjadi hamba Allah yang baik, maka alasan apalagi
untuk tidak mencintainya?
Sebab kenyataannya masih
ada sekelompok yang saling meng-hajr (menjauhi), saling memvonis, tidak saling
memperbaiki, justru saling men-takfir, kasar, dan jauh dari adab dakwah yang
hikmah. Yang diberikan justru fitnah bukan maslahat. Kedholiman bukan keadilan.
Perilaku yang jalang bukan akhlak mulia. Tidak pernah disampaikan dakwah dan
nasehat.
Benci kepada kekufuran
Ia benci menjadi kafir di
suatu saat, takut murtad setelah muslim, takut keimanannya berkurang menjadi
minus. Lebih baik ia memilih dilempar ke dalam api dari pada menjadi yahudi,
atau nashrani atau majusi. Atau ia lebih rela dibakar api daripada menjadi
kafir. 12)
Dengan demikian nabi
seakan-akan bersabda bahwa terbakarnya badan dengan bara api itu lebih ringan
baginya daripada harus menanggung resiko kufur. Bahkan seandainya orang-orang
kafir yang kaya raya di dunia ini diperlihatkan pedihnya siksa yang akan
diterimanya kelak niscaya ia akan berusaha menebusnya dengan semua harta
kekayaannya hingga sepenuh bumi. 13)
Meski mereka secara
lahiriyah tampak begitu enak, bisa mengenakan pakaian yang bagus-bagus, makan
yang enak-enak, bertempat tinggal dengan fasilitas yang mewah-mewah, namun
sebenarnya hatinya selalu gelisah dengan sebab kesasatnya. Bagi mereka siksa
yang pedih di akhirat14),. Balasan yang akan dia rasakan di dunia adalah
kalutnya fikiran15), hati yang sakit16), umur yang tersia-sia17), amalan yang
percuma18), lelahnya badan, pahitnya hidup19), sempitnya urusan 20), beratnya
beban 21), dan kehidupan sehari-hari yang selalu diliputi dengan kegalauan dan
kegamangan.22)
Do’a
Semoga kita semua mampu
meraih tiga kaidah utama kelezatan hidup ini. Sebab hal ini merupakan sebuah
derajat yang tinggi bagi seorang muslim agar mencapai kesempurnaan dan
kebahagiaan hidup. Dunia akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar